Thursday, November 19, 2015

Onkologi ...

5 Hari di Poli Onkologi (Poli Kanker)

Sudah lama saya tidak menuangkan isi pikiran lewat menulis. Tulisan ini saya buat karena terinspirasi dari ratusan pasien di Poli Onkologi Satu Atap RSUD Dr. Soetomo, selama saya bekerja di poli ini seminggu.

Seperti biasa saat di poli - poli lain, kami bertugas melakukan anamnesis (wawancara) dan pemeriksaan pada pasien baru. Saya, Intan, dan Silvi adalah tiga kurcaci yang sangat semangat mencari ilmu (Aamiin, semoga). Kami disini bersama kakak kakak dokter bedah yang sangat friendly dan pintar. Kami kadang heran mengapa mereka bisa sangat pintar di sela-sela kesibukan sebagai residen bedah.

Saya merasa bekerja di poli ini hampir sama bekerja di poli kandungan, karena hampir 95% pasiennya adalah ibu-ibu. Adapun bapak-bapak mungkin hanya 1-2 pasien per harinya. Namun, jumlah pasien di posa ini jangan ditanya, nomer antrean bisa mencapai 150 tiap harinya, terutama hari senin. (I love monday). !!!

Ya, ibu-ibu. Tiap hari kami bertemu ibu-ibu dari berbagai kota di jawa timur, bahkan dari nusa tenggara, dengan keluhan berobat yang sama.
Rata-rata awal percakapan kami seperti ini

"Ini, muncul benjolan di sini"
"Ada borok dok, di sini, berdarah, perih"

Disini dimana?
Di payudara, ya di payudara
Payudara sebagai salah satu aset kecantikan wanita, baik di Indonesia maupun dunia. Payudara juga sebagai aset untuk memperoleh nilai ekonomis penjualan yang tinggi, seperti merk-merk bra yang terkenal yang mengklaim mampu push-up ukuran menjadi 2 cup diatas.

Pasien datang hari itu untuk memeriksakan asetnya yang bentuknya sudah tidak normal lagi. Ada yang menyimpan benjolan selama  1 tahun baru berobat, ada yang memborok 5 bulan, baru berobat, ada yang setelah ditusuk jarum payudaranya di alternatif bertambah parah, baru berobat ke dokter.

"Mengapa Bu, kok nggak ke dokter dari awal?"
"Iya, takut, tetangga saya ngajak ke alterrnatif, dia juga berobat kesana soalnya"
"Tetangganya sembuh bu?"
"Belum, alternatifnya lagi sakit mbak"

Disitu kami merasa sedih. Sedih karena mungkin :
1. Masyarakat awam jauh dari jangkauan medis, karena masyarakatnya, ataupun karena tenaga medisnya, atau faktor yang lain
2. Masyarakat awam membutuhkan edukasi preventif bidang kesehatan. Seperti pepatah lama "mencegah lebih baik daripada mengobati". Mutlak pepatah ini sangat berguna 100%
3. Iklan klinik tong fang lebih gencar ditayangkan di televisi dan koran (sangat sedih)

Ada satu pasien yang dengan berani dan menaruh sepenuh jiwa raganya pada alternatif, sehingga pasien ini dengan ikhlas merelakan pihak alternatif untuk membelah dan mengambil jaringan payudaranya, gampangannya -> operasi tumor payudara di alternatif. Entah berapa belas ibu-ibu yang sudah mengalami pengalaman hidup langka seperti ini.

Tentu saja, manusia wajib berusaha dan berdoa. Saya juga menyadari bahwa pasien berobat ke alternatif adalah ikhtiar mereka mencari pengobatan. Namun bila hal-hal seperti FNAB, biopsi, operasi pengangkatan payudara, dan pemberian obat-obat yang katanya "kemo", dilakukan di klinik TongFang / NamXiang / Herbal Alamiah / Bumi Pusaka / Ki Kencana Sukma, saya merasa hal tersebut tidak masuk akal.

Saya sedih, bahkan mungkin beberapa keluarga dekat justru lebih percaya omongan tetangga mengenai "rebusan daun jeruk bisa mengobati kanker" daripada sekedar memeriksakan diri ke puskesmas. Saya sedih, melihat pasien yang dengan gigih menyimpan penyakitnya selama bertahun-tahun tanpa ada suami, dan anak-anaknya yang tahu. Saya tentu saja tidak bisa protes klinik tong fang harus ditutup, toh mereka juga mencari rejeki. Rejeki yang halal barokah tentunya :)

Beberapa bulan lagi InsyaAllah kami akan terjun di puskesmas (community medicine) menyapa langsung masyarakat, sebagai salah satu tenaga medis di garda depan,  memberikan penanganan awal sebelum kami bisa rujuk ke fasilitas yang lebih mumpuni.

Jangan ragu pergi ke dokter/puskesmas/klinik keluarga/ klinik perusahaan bila ada keluhan, sakit-sakit, linu-linu, susah tidur, utarakan semua keluh kesah anda. Semoga kami bisa terus belajar memperbaiki diri, dan sistem di Indonesia ini. Jaga kesehatan ya !